Prapatan Reco Pentung
Kawasan ini ada di ujung timur Jl. Patimura. Dulu di kawasan ini ada sebuah patung prajurit Cina yang membawa tongkat sehingga orang
Prapatan Ringinsirah
Kawasan ini sekarang lebih dikenal dengan sebutan "Prapatan Sri Ratu" karena letaknya persis di timur Pasar Raya Sri Ratu.
Bukan tanpa sebab kawasan itu bernama Ringin Sirah.Karena menurut keyakinan dan cerita turun temurun warga
Prapatan Jam-Jam
Kawasan ini berada di ujung utara Jl. Dhoho yang sekarang lebih sering disebut sebagai "Perempatan BI". Dulu di tengah perempatan ini ada jam besar yang menjadi ciri khas perempatan ini, sehingga orang
Prapatan Sumur Bor
Kawasan ini ada di ujung selatan Jl. Dhoho. Di era tahun 60-an di pojok timur perempatan ini, tepatnya sekarang ada di utara pos polisi lalu lintas, ada sebuah sumur artesis yang waktu itu digunakan oleh masyarakat disekelilingnya untuk memenuhi kebutuhan akan air maupun masyarakat yang lalu lalang di Jl. Dhoho. Apalagi dulu di timur kawasan ini ada pasar induk
Prapatan NABATIYASA
Di pojokan mau menuju gang Balowarti. Nabatiyasa adalah pabrik minyak kelapa / pengolah kopra.
Srimulat dan Lokaria pernah manggung di situ, sebelum akhirnya menetap lamanya di pemandian Pagora.
Kandang Macan
Tidak pernah ada kebun binatang di Kota Kediri apalagi sampai memelihara macan, namun ada kawasan yang bernama Kandang Macan di Kota
Lemah Geneng
Kawasan ini sebenarnya ada di perbatasan antara Banjaran dan Burengan di Jl. HOS Cokroaminoto, barat toko Sahabat. Disitu ada sebuah punden yang letaknya ada disebuah tanah yang konturnya menjulang tinggi di banding tanah-tanah sekitarnya. Kata "geneng" dalam bahasa Jawa artinya adalah tinggi atau lebih tinggi. Namun kawasan Lemah Geneng lebih menunjuk ke sebuah gang di depan punden ini, yaitu kawasan Pakunden Gg II. Kawasan ini pernah "moncer" tahun 60-an sampai 70-an karena disini adalah lokalisasi PSK sebelum dipindah ke Semampir.
Sumber Ece
Sebelum jalan Tembus Kaliombo ada, daerah tersebut dulunya adalah rawa-rawa. Sehingga apabila masyarakat hendak ke Dusun Tirtoudan maka satu-satunya akses adalah melewati jalan kecil yang menyerong di timur-selatan perempatan "Baruna" saat ini. Jalan kecil itu melintasi sebuah jembatan, sekarang belakang agen bus Harapan Jaya, di seputar jembatan itulah ada sebuah mata air kecil yang disebut "Sumber Ece". Sumber berarti mata air, sedangkan ece adalah sebutan satuan mata uang rupiah jaman awal-awal kemerdekaan. Mungkin "Sumber Ece" dimaknai sebagai sumber rejeki.
Pasar Gula
Kota Kediri dulu pernah memiliki sebuah pasar yang khusus menjual gula, baik gula pasir, gula batu, maupun gula kelapa. Pasar Gula, demikian dulu masyarakat Kota Kediri menyebut pasar gula dan kawasan di sekelilingnya. Letaknya ada di selatan perempatan Alun-alun kira-kira 50 meter (Jl. Urip Sumoharjo). Pasar tersebut pernah direncanakan pindah ke lapangan Setonobetek (sekarang Pasar Setonobetek) tapi tidak terlaksana. Sekarang Pasar Gula tersebut sudah tidak ada, tapi sebagian masyarakat Kota Kediri masih menyebut kawasan di selatan Alun-alun sebagai Pasar Gula.
Asal Mula Desa Setono Gedong
Asal mula Desa Setono Gedong perlu kami ketahui bahwa desa Setono Gedang ada beberapa cerita menurut ketua takmir Setono Gedong tanah Kediri . Pertama kali yang menemukan adalah Waliyullah, Syah Sulaiman Syamsudin al-Wasil (Mbah Wasil)
Mbah Wasil adalah orang arab dari Mekah. Pada waktu itu ia akan dijadikan pemimpin negara setempat, tetapi beliau menolaknya, sebab ia lebih cinta pada Allah SWT. Lalu ia mengasingkan diri atau hijrah keIndonesia , tepatnya di Kediri Desa Setono Gedong (Astono Gedong).
Alhamdulillah selamat dan menetap di desa Setono Gedong. Berpuluh-puluh tahun dan pada waktu ituKediri masih hutan belantara. Mbah Wasil punya pengikut-pengikut atau santri-santri yang kesehariannya diajak mengaji bersama.
Dalam kisahnya, Mbah wasil hendak membangun masjid dalam waktu satu malam, tetapi disaat dini hari terdengar suara wanita yang memukul lesung menumbuk padi. Dan rencana Mbah wasil urung terselesaikan. Hasilnya adalh hanya pondasi yang sampai saat ini masih ada.
Kurang lebih tahun 1897 (seratus tahun yang lalu) masjid yang belun jadi itu pernah dijadikan tempat ibadah penduduk setempat. Dan pada tahun 1967 oleh takmir, depannya masjid dibangun masjid yang diberi nama Masjid Aulia’ Setono Gedong.
Konon saat penggalian pondasi masjid Aulia’ ditemukan menara berukir relief Garuda, dan ternyata gambar tersebut akhirya menjadi lambang negara kita.
Pada tahun 1967 takmir mensertifikatkan tanah negara tersebut untuk wakaf masjid hingga sekarang.
Mbah Wasil adalah orang arab dari Mekah. Pada waktu itu ia akan dijadikan pemimpin negara setempat, tetapi beliau menolaknya, sebab ia lebih cinta pada Allah SWT. Lalu ia mengasingkan diri atau hijrah ke
Alhamdulillah selamat dan menetap di desa Setono Gedong. Berpuluh-puluh tahun dan pada waktu itu
Dalam kisahnya, Mbah wasil hendak membangun masjid dalam waktu satu malam, tetapi disaat dini hari terdengar suara wanita yang memukul lesung menumbuk padi. Dan rencana Mbah wasil urung terselesaikan. Hasilnya adalh hanya pondasi yang sampai saat ini masih ada.
Kurang lebih tahun 1897 (seratus tahun yang lalu) masjid yang belun jadi itu pernah dijadikan tempat ibadah penduduk setempat. Dan pada tahun 1967 oleh takmir, depannya masjid dibangun masjid yang diberi nama Masjid Aulia’ Setono Gedong.
Konon saat penggalian pondasi masjid Aulia’ ditemukan menara berukir relief Garuda, dan ternyata gambar tersebut akhirya menjadi lambang negara kita.
Pada tahun 1967 takmir mensertifikatkan tanah negara tersebut untuk wakaf masjid hingga sekarang.
Lo Jemb*t
Tempat yang sekarang ini sudah mulai luntur di ingatan orang
Di
Arti lain, merupakan slang / penafsiran kata Jeng Bo atau Jim Bun atau Lauw Jian Bao. Jadi periodisasi penamaannya paska Demak.
Jong Biru
dulu tempat berlabuh perahu tartar/mongol yg dinamakan jung berwarna biru. Lokasinya berada di sebelah selatan jembatan Mrican. Artinya tentara yang kulitnya biru ke ungu2an-pasukan Raja Kelana Swandana dari
LEMBU SURO waktu melamar putri
PROLIMAN
Simpang lima (5) di jl.Soekarno-Hatta, arah ke timur menuju desa gurah
Nama Desa
Pocanan (nama desa)
Konon, dulu wilayah itu milik Cina kaya bernama Po Cang An. tanah persil yang disewa-sewakan. Periodisasinya jauh dari jaman Kediri kuno, tentu saja.
Arti lain, katanya di wilayah itu dulu banyak pohon Pucang.
Menadon
Daerah di belakang Brigif yang dulu letaknya di jl. Brawijaya.
Blitaran
Di seberang GNI atau Warung Marhen. Nah kalau sekitar perempatan itu umumnya orang Jombang dan Mojowarno. Mereka Santri dan pembuat sepatu atau Jok Mobil hebat.
Donayan
Berasal dari kata Donoyo. Mendapat tambahan an menjadi Donayan yang artinya wilayah Donoyo atau Rumah Donoyo.
Pakelan
Berasal dari kata Pekel (kuat) karena umumnya, dulu, di tempat ini dihuni para pekerja kasar.
Banjaran
Di satu lokasi desa ini dulu ada Banjar besar tempat berkumpul masyarakat (hindu) dan berakulisasi diri.
Pandean
Di wilayah ini dulu banyak bermukin para pande besi. pembuat senjata, cangkul, dll.
Balowarti
Kemungkinan dulunya wilayah kedaton / tempat tinggal Bupati atau Patih.
Dandangan
Kuat dugaan di tempat dulu ini banyak nayaga (pemain gamelan) atau (waranggono (penanyi) yang suka menyanyi (dandangan). Di antara Balowari dan Dandangan ini dulu banyak ditemukan arca kuno. di belakang SMP 1 ada Balong yang dianggap wingit. Dulu di sana ada arca pendeta dan kodok.
Sukorame
Yakni desa ke arah selomangleng sesudah kali kedak belok kanan itu ada bangunan/pagar punden terbuat dari bata, karena perekatnya bukan plesteran/mungkin nira atau putih telur jadi seolah-olah botonya itu lengket, oleh sebab itu daerah tsb disebut daerah boto-lengket (batanya semacam menara di Kudus).
Dulu orang Sukorame umumnya pembuat tenun sarung. Motifnya Gringsingan. Kuat dugaanku, daerah itu memang Kediri kuno. Setidaknya yang masih tersisa, bahkan saat jaman Islam. Bandar dan Sukorame memiliki tradisi tenun yang unik, yang di Jawa sudah tidak berkembang.
JAGALAN
konon dulu ada tempat penjagalan hewan di desa ini. tapi, sampai berapa tahun lalu, tahun 90-an, aku justru mendapati tempat penjagalan hewannya (babi) di desa seberangnya: Kemasan. mungkin tempat jagal babi itu masih ada sekarang.
KEMASAN
dulu para pande emas (kemasan) konon banyak bermukim di sini. sekitar awal 80-an, aku masih mendapati seorang (tinggal seorang) pande emas di Kemasan. rumahnya agak di pojok/hook jalan sriwijaya dan panglima polim, pas seberangnya kantor desa Jagalan dulu.
BANDAR LOR & BANDAR KIDUL
dulu tempat kapal2 berlabuh di kerajaan Kediri pada sungai BRANTAS yg besar dan arusnya deras bisa menghanyutkan ternak dan rumah kalau banjir.
DESA PUTIH
adalah tempat tentara cina yang berkulit putih mendarat untuk melamar puteri Kediri. Tempatnya sebelah timurnya desa Mrican sebelah utara GG sebagian jadi perumahan Putih Permai.
WONO CATUR
tempat nanggala praja kerajaan Kediri berunding. Wono Catur tempatnya kantor Kab Kediri ke utara jurusan ke Pamenang [petilasan Joyoboyo] kira2 jarak 3 km ke arah Timur Laut.
GEDHANG GEPENG
tempat pria iseng yang suka menggoda wanita,tempatnya dulu di desa Tinalan timur bagian selatan-ditepi jalan raya dekat terminal lama ke Barat.
KUWAK
lengkapnya sumber /pemandian Tirtoyoso sekarang.Dulu tempat Sultan Ageng Tirtoyoso beristirahat dari perjalanan jauh dan beristirahat.Karena haus maka di kuwak lah tanah keras didepannya dan keluarlah sumber air yang deras.Tempatnya disebelah utara stadion Brawijaya.
PAGGORA
pemandian PAGGORA ,dulu bangunan prestise
Sumber: http://en-gb.facebook.com/note.php?note_id=422820205577